Monday, June 8, 2009

Tergila-gila pada Kehidupan Bawah Air

jellyfish

The Unique stingless jellyfish in Kakaban Lake, Berau, East Kalimantan. click picture for more Photos


Kemarin lagi-lagi aku pergi menyelam. Padahal dua minggu yang lalu juga sudah menyelam. Tapi memang sulit untuk menyatakan tidak pada ajakan menyelam, pun walau tujuannya hanya dekat saja, entah Selat Sunda ataupun Kepulauan Seribu.

Setiap penyelam sebenarnya harusnya mempunyai sebuah dive log book, yaitu sebuah buku yang berisi daftar setiap kegiatan selam yang sudah dilakukannya, tempat dilakukan, lama menyelam, dan kedalaman yang dicapai. Buku itu juga biasanya dilengkapi dengan data-data lain seperti data-data teknis lokasi penyelaman dan kondisi kehidupan bawah air di situ.

Buku dive log bisa jadi sumber informasi yang bagus sekali. Biasanya aku menulis jurnal diving berdasarkan data-data dari buku log-ku dan tulisan itu bisa jadi sumber informasi bagi penyelam lain yang akan menyelam di tempat itu.

Tadi malam sembari melengkapi buku dive log-ku dengan data-data penyelaman kemarin, timbul ide untuk memasukkan data-data teknisnya ke dalam sebuah lembar elektronik Excel. Setelah beberapa jam memasukkan data ternyata hasilnya terlihat menarik juga.


Open water certificate, yaitu sertifikat terendah yang diterima seorang penyelam setelah belajar scuba diving, kuterima 9 Mei 2004 dari Bubbles Dive Centre. Sekarang ini, yang berarti sekitar setahun setelah resmi menjadi penyelam, sudah kulakukan 83 penyelaman. Penyelaman semenjak sertifikasi kulakukan hampir tiap bulan, kecuali pada bulan September-Oktober 2004 saat harus bekerja di offshore dan bulan Januari 2005 karena tidak ada ajakan untuk menyelam karena semua orang ketakutan dengan isu tsunami.


Sebetulnya 83 penyelaman dalam setahun adalah frekuensi yang cukup tinggi buat seorang recreational diver sepertiku. Banyak teman lain yang frekuensi menyelamnya tidak sebanyak diriku. Tapi banyak juga yang jauh lebih banyak. Apalagi teman-teman yang memang menjadikan dunia penyelaman sebagai profesi, dengan menjadi guide atau pelatih. Buat mereka dive log isinya bisa ratusan bahkan ribuan penyelaman.

Dua bulan setelah menerima sertifikat paling dasar aku ikut pelatihan tingkat berikutnya yaitu sertifikasi penyelam tingkat lanjut untuk menjadi advanced diver. Ini kulakukan karena aku ingin mengikuti kegiatan ini dengan standar keselamatan yang tinggi, artinya melakukan kegiatan penyelaman yang lebih advance, setelah menerima pelatihan yang cukup. Karena sebetulnya penyelam pemula hanya diperbolehkan menyelam sampai kedalaman maksimum 18 meter, dan belum diperkenankan melakukan penyelaman malam hari. Setelah menerima pelatihan advanced penyelam bisa menyelam sampai kedalaman kurang lebih 30m dan melakukan penyelaman malam hari.

Sebetulnya banyak penyelam yang melanggar batasan-batasan itu dan kuakui aku pun sempat melakukan pelanggaran dengan menyelam sampai 20m dan melakukan penyelaman malam sebelum menerima sertifikasi tingkat lanjut. Tapi tentu saja itu beresiko, batasan dibuat karena menyelam adalah olahraga yang beresiko cukup tinggi yang harus dilakukan dengan pengetahuan cukup untuk menghindari kecelakaan.


Pelatihku, Abi dari Bubbles, adalah orang yang punya disiplin tinggi dan cukup keras dalam menetapkan batasan-batasan. Ini cukup cocok dengan aku yang sebetulnya tidak suka beresiko yang tidak perlu dan melanggar aturan. Maka kalau mendengar penyelam-penyelam lain saling bersombong tentang kedalaman maksimum yang pernah dicapai mereka, aku cuma diam saja. Buatku kegiatan menyelam adalah kegiatan yang menyenangkan dan tidak perlu dijadikan ajang uji kekuatan dengan resiko mengalami kecelakaan.

Penyelaman sebanyak 83 kali itu menghasilkan total jam selam sebanyak hampir 74 jam, yang berarti rata-rata durasi menyelam adalah 52 menit. Memang menyelam itu tidak bisa dilakukan terlalu lama. Selain ada batasan jumlah udara di dalam tangki, juga tubuh kita memang secara biologis dikondisikan untuk hidup di darat dengan tekanan udara yang rendah. Ketika dibawa ke dalam alam bertekanan tinggi seperti di bawah laut, ada banyak penyesuaian harus dilakukan oleh tubuh.

Dari 83 penyelaman itu ternyata 52% kulakukan di sekitar Jawa saja, yaitu di daerah Kepulauan Seribu dan Selat Sunda. Ada banyak lokasi penyelaman di Kepulauan Seribu, yang paling sering kukunjungi adalak di sekitar Pulau Kotok, kemudian Pulau Pramuka dan Pulau Sepa.

Di Selat Sunda lokasi-lokasi yang sering dijadikan tempat menyelam adalah di sekitar Pulau Sanghyang 10 km di lepas pantai Anyer, kemudian daerah kompleks Krakatau dan di sekitar Ujung Kulon. Beberapa lokasi penyelaman lain yang tidak terlalu populer yang pernah kukunjungi di daerah ini adalah Pulau Tempurung yang terkenal kejam arusnya dan berada di tengah jalur pelayaran kapal feri Merak-Bakauheni, Pulau Sebesi dan Sebuku yang menyimpan sisa-sisa kapal Belanda Evertsen dari perang Selat Sunda antara Sekutu melawan Jepang di jaman Perang Dunia ke-2, serta bangkai kapal perang Amerika Houston yang tenggelam sebelum Evertsen.

Di luar Jawa lokasi-lokasi yang pernah kukunjungi dalam rangka kegiatan menyelam adalah Lombok (Nov 2004), Ambon (Feb 2005), Laut Berau di Kalimantan Timur (Mei 2005) dan Bali (Mei 2005). Rata-rata kegiatan menyelam di tempat-tempat ‘jauh’ ini membutuhkan waktu antara 5-7 hari termasuk perjalanan, bahkan bisa lebih. Sedangkan menyelam di Kepulauan Seribu atau Selat Sunda bisa dilakukan bahkan hanya dalam satu hari, tidak perlu menginap. Tetapi karena banyak faktor, antara lain karena di sekitar pulau Jawa penduduknya sangat padat dan dengan demikian polusi juga lebih tinggi tingkatnya, keindahan bawah laut di tempat-tempat ini juga sangat kurang dibandingkan dengan daerah-daerah ‘jauh’ tadi. Di Kepulauan Seribu misalnya, lautnya sangat hijau, beda sekali dengan Laut Lombok atau Laut Ambon yang biru. Di Kepulauan Seribu dan Selat Sunda jarak pandang bawah air seringkali hanya mencapai 5 meter, sedangkan di laut-laut di Indonesia timur bisa mencapai 20-30 meter, dengan jarak pandang terburuk 10-15 meter.



Dendronepthya sp

They look like plants but are actually animals. These are Dendronepthya sp soft corals. Click picture for more photos


Masih banyak lagi daerah tujuan selam indah yang ada dalam ‘wish list’ ku. Taman Laut Bunaken (Sulawesi Utara), Komodo (Flores), Raja Ampat (Papua) adalah tempat-tempat yang ada di bagian paling atas di daftar itu. Lalu di bawahnya ada Kapoposang, Selayar dan Wakatobi di Sulawesi, Ternate, Halmahera dan Laut Banda di perairan Maluku, serta pulau Weh di Aceh. Indonesia adalah negara kepulauan yang besar dan luas yang terletak di daerah tropis, jadi wajar kalau di sini memang banyak tujuan wisata menyelam.

Ada banyak yang bertanya mengapa aku bisa tergila-gila pada olahraga menyelam. Jelas kegiatan ini beresiko, lalu kulit dan rambut jadi rusak karena banyak terbakar matahari, dan jelas kegiatan ini cukup mahal. Ada teman yang heran aku senang menyelam padahal kegiatan in cuma nyaman sebentar (rata-rata penyelaman hanya sekitar 1 jam setiap kali), padahal persiapannya panjang dan kegiatan yang harus dilakukan sesudahnya (seperti mencuci dan merawat alat) cukup menghabiskan tenaga dan waktu.

Mungkin alasan paling utamanya adalah karena keindahan bawah laut bisa membuat kita tergila-gila. Ketika kita ada di bawah air, kita disuguhi berbagai warna dan bentuk yang tidak biasa dijumpai di darat. Koral yang walaupun sering tampak seperti tumbuhan tapi sebenarnya adalah sejenis binatang sederhana itu ada ratusan jenisnya. Belum lagi alga, spons, berbagai siput dan ulat laut, belut laut, ketimun laut, bintang laut, dan beratus-ratus jenis ikan. Setiap kali berada di tengah-tengah keajaiban alam seperti itu aku jadi tertunduk kagum pada kebesaran alam, dan harus mengakui betapa kecilnya manusia.

Indahnya kehidupan bawah laut sulit hanya digambarkan dengan kata-kata, maka sekarang aku mulai mencoba membagikannya dengan bentuk gambar. Semenjak Desember 2004 aku mulai belajar fotografi bawah air dan mencoba menangkap keindahannya untuk ditunjukkan pada orang-orang di sekitarku, sehingga makin banyak orang yang tertarik, atau paling tidak sadar bahwa Indonesia punya kekayaan alam yang sangat besar yang tidak mungkin bisa disamai oleh negara-negara lain, yaitu kekayaan bawah lautnya.

No comments: